KEGIATAN PENYULUHAN PADA REMAJA TENTANG PERSONAL HYGIENE DAN PUBERTAS DI KAMPUNG PAMEUNGPEUK DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA TASIKMALAYA TAHUN 2018

Authors

  • Hapi Apriasih STIKes Respati Tasikmalaya
  • Tupriliany Danefi STIKes Respati Tasikmalaya

DOI:

https://doi.org/10.48186/abdimas.v2i1.149

Keywords:

penyuluhan, personal hiegine, pubertas, remaja

Abstract

Seiring dengan  perkembangan zaman, masalah remaja makin bertambah di mana-mana khususnya di Indonesia.  Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masalah remaja di zaman ini bukanlah baru terjadi, tapi dari tahun sebelum-sebelumnya sudah sering terjadi, dimana masalah pada remaja yaitu pergaulan bebas,  tawuran, memakai narkoba, menonton film porno, meminum minuman alkohol, pesta pora dan masih banyak lagi masalah yang terjadi pada remaja.  Dan sekarang ini ada juga anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah seperti SD, maupun SMP dan SMA sudah ada yang merokok, pergaulan bebas, meminum alkohol, menonton film porno, dan bahkan ada yang sudah hamil di luar nikah. Ini semua terjadi karena kurang adanya pengawasan dari orangtua atau keluarga, guru, dan pemerintah.  Masalah remaja tentunya  tak jarang lagi mendengar atau menonton dan bahkan melihat yang terjadi disekitar kita.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan berbasis Sekolah di Indonesia tahun 2015 (GSHS) dapat terlihat gambaran faktor risiko kesehatan pada pelajar uisa 12-18 tahun secara nasional sebanyak 41,8 % laki-laki dan 4,1 % perempuan mengaku pernah merokok, 32,82 % doantara merokok pertama kali pada umur kurang dari 13 tahun. Gambaran faktor resiko kesehatan lainnya adalah perilaku seksual dimana didapatkan 8,26 % pelajara laki-laki dan 4,17 pelajara perempuan usia 12-18 tahun pernah melakukan hubungan seksual.

Perilaku seks pranikah tentunya memberikan dampak yang luas pada remaja terutama berkaitan dengan penularan penyakit dan kehamilan yang tidak diinginkan serta aborsi. Kehamilan pada remaja tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi fisik, mental dan sosial remaja tetapi juga meningkatkan resiko kematian bayi dan balita, seperti yang ditunjukkan SDKI 2012 dimana kehamilan dan persalinan pada ibu dibawah umur 20 tahun memiliki kontribusi dalam tingginya Neonatal Mortality Rate (34/1000 KH), Postnatal Mortality Rate (16/1000 KH), Infant Mortality Rate (50/1000 KH) dan under -5 Mortality Rate (61/1000 KH). Laporan triwulan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) mulai 1987 sampai dengan Maret 2017 menunjukkan bahwa tingginya angka kejadian AIDS di kelompok usia 20-29 tahun mengindikasikan kelompok tersebut pertama kali terkena HIV pada usia remaja.

Di Desa Cikunir merupakan desa di wilayah Puskesmas Singaparna yang terdiri dari 3 dusun yaitu Gunung Kawung, Pameungpeuk, dan Anggaraja. Melalui kegiatan praktik kerja nyata mahasiswa Program Studi Kebidanan STIKes Respati Tasikmalaya melalui focus grup discucion (FGD) diperoleh informasi dari 35 responden remaja sebagai berikut 48,7 % belum mengetahui kesehatan reproduksi khususnya terkait infeksi menular seksual, 45,71 % sudah mempunyai pcar, 51,43 % tidak mengetahui tentang HIV/AIDS, 22,86% tidak mengetahui dampai pernikahan dini, dan 11,43 % setuju dengan pernikahan dini.

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja masih kurang dan akan berdampak pada permasalahan yang serius maka menjadi hal yang sangat penting untuk adanya upaya dalam hal peningkatan pengetahuan remaja , oleh karena diselenggarakan kegiatan penyuluhan tentang personal higyene dan masa pubertas pada remaja.

Downloads

Published

2019-10-11