FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SARIWANGI KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2018

Authors

  • Wuri Ratna Hidayani, S.KM.,M.Sc.

DOI:

https://doi.org/10.48186/bidkes.v9i1.82

Keywords:

faktor risiko pneumonia, care seeking, pneumonia

Abstract

Latar Belakang : Case fatality rate pneumonia di Provinsi Jawa Barat yaitu pada balita kurang dari 1 tahun sebesar 0,11 %, umur 1-4 tahun 0,00% dan umur 0-4 tahun sebesar 0,04 %. Kabupaten Tasikmalaya menempati peringkat ke 12 se Jawa Barat penemuan kasus pneumonia dan ditangani pada balita yaitu sebanyak 5.351 kasus (34,4%). Rendahnya cakupan kesehatan balita, perilaku tidak sehat, sosial ekonomi menjadi penyebab morbiditas pneumonia. Beberapa program penanggulangan penyakit ISPA tersebut belum menurunkan kejadian ISPA khususnya pneumonia pada balita.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia balita yaitu mengetahui hubungan antara status imunisasi, status pemberian vitamin A, status gizi balita, ASI Ekslusif, BBLR, kebiasaan merokok, kebiasaan membuka jendela, tingkat penghasilan keluarga, program P2 ISPA promosi kesehatan penanggulangan pneumonia, kunjungan rumah pneumonia atau care seeking, pelayanan MTBS dengan kejadian pneumonia balita di Wilayah kerja Puskesmas Sariwangi.

Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol. Pengambilan sampel yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sariwangi secara totality sampling, sampel yang diambil 6 bulan terakhir yaitu Agustus-Januari 2018 terdiri dari 21 kasus dan 42 kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat menggunakan Regresi Logistik.

Hasil : Hasil analisis bivariat (menggunakan tabel 2x2) menunjukkan bahwa secara statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status imunisasi (OR sama dengan 10,0;p sama dengan 0,000), status pemberian vitamin A (OR sama dengan 5,55; p=0,005) ASI Ekslusif (OR sama dengan 4,55; p sama dengan 0,009), BBLR (OR sama dengan 6,50; p sama dengan 0,020), kebiasaan membuka jendela (OR sama dengan 3,19; p sama dengan 0,044), kunjungan rumah pneumonia atau care seeking (OR sama dengan 0,01;p sama dengan 0,000), dengan kejadian pneumonia balita di Wilayah kerja Puskesmas Sariwangi. Tidak ada hubungan antara status gizi balita (OR sama dengan 3,08;p sama dengan 0,059), kebiasaan merokok (OR sama dengan 1,00;p sama dengan 1,000), tingkat penghasilan keluarga (OR sama dengan 1,00; p sama dengan 1,000), program P2 ISPA promosi kesehatan penanggulangan pneumonia (OR sama dengan 1,96; p sama dengan 0,210), pelayanan MTBS (OR sama dengan 0,74; p sama dengan 0,582) dengan kejadian pneumonia balita di Wilayah kerja Puskesmas Sariwangi Hasil analisis regresi logistik yang memasukkan semua faktor secara bersama-sama diketahui hasil model akhir yaitu kunjungan rumah pneumonia atau care seeking merupakan faktor dominan yang merupakan faktor protektif pneumonia balita.

Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kunjungan rumah pneumonia atau care seeking mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian pneumonia balita di wilayah kerja Sariwangi.

Published

2018-02-09

Similar Articles

1-10 of 100

You may also start an advanced similarity search for this article.

Most read articles by the same author(s)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 > >>